Jika kau ingin tahu lebih jelas mengenai sifat asli orang-orang dekatmu, ajaklah ia mendaki gunung. Di atas sana, kau akan menemukan bahwa kau tidak bisa menyembunyikan karakter aslimu. Kau akan menjadi dirimu sendiri, sepenuhnya.
Jika egois, maka di atas sana kau akan egois. Jika penakut, maka di atas sana kau pun akan banyak diam. Jika kau pengeluh, maka kau tidak akan berhenti mengeluh sepanjang perjalanan. Dari situlah kita akan semakin tahu kekurangan dan kelebihan diri masing-masing, dan kemudian kita bisa saling introspeksi diri.
Ya benar, mendaki gunung tak jauh berbeda dengan kehidupan. Sometimes kita melewati tanjakan yang terjal, hingga kita hampir2 menyerah, terkadang juga kita menyusuri jalanan di tepi jurang, harus hati2 melangkah karena jika tidak berhati2 bisa terpeleset. ketika terpeleset mampukah kita melanjutkan perjalanan, atau memilih mundur dan turun untuk selanjutnya pulang.
Terkadang melewati turunan yang curam, terkadang hanya padang ilalang datar ratusan meter. terkdang harus berhenti untuk melepas lelah setelah perjalanan panjang.
Seperti halnya hidup, ketika menempuh perjalanan kita banyak mengeluh karena capek atau menikmati saja pemandangan sekitar. itu adalah pilihan. dengan jalur yang sama, beban yang sama, sikap pendaki satu dengan yang lain tentu akan berbeda.beratnya beban di punggung adalah bekal kita. tidak murah memang segala bekal kita namun sangat sepadan dengan apa yang akan kita nikmati selama mendaki gunung.
Sesekali kita membutuhkan orang lain untuk berpegangan ketika melewati titian. terkadang kita harus mempercayakan nyawa kita kepada teman kita ketika kita perlu memanjat bagian gunung berupa tebing yang curam. sesekali kita membutuhkan teman kita untuk memasang tenda. sesekali kita membantu merawat teman yang sakit atau cidera dalam pendakian. kadang kita mebawa bekal yang “wah”, chicken nugget, baso, sayuran impor, sosis, jeruk mandarin, minuman bersoda dan berwarna, dsb, keril dengan bendera inggris sebagai logo, sleeping bag isi bulu angsa, sepatu trek dengan harga enam digit, dsb. terkadang pula kita hanya
membawa daypack isi raincoat sobek, roti yang sedikit basi, snack ringan dengan beralas kaki sandal jepit empat ribuan rupiah, serta tenda yang berlubang bahkan tanpa tenda.
SETIAP PENDAKI TIDAK SAMA
Di gunung kita hanyalah penumpang, numpang lewat, numpang nge-camp, numpang buang air. sering terjadi hal2 di luar akal sehat dan logika ketika kita tidak mengindahkan “tata krama” di gunung. disadari atau tidak, percaya atau tidak, hukum sebab akibat, karma dan samsara, berlaku sebagaimana kehidupan sehari2. bagaimana kita mempatkan diri di gunung, terhadap penduduk setempat, terhadap pepohonan, sungai, satwa, dan sebagainya merupakan gambaran bagaimana kita hidup sehari2. bagaimana perilaku seseorang di gunung adalah perilaku sesungguhnya dia di kehidupan sehari2nya.
Satu pendaki dengan pendaki lain berbeda pandangan mengenai pendakian yang berhasil. si A berpadnagan pendakian yang berhasil adalah jika dia telah sampai di puncak walau mungkin teman2 se-timnya tidak berhasil. si B berpandangan pendakian yang berhasil adalah jika seluruh anggota tim berhasil ke puncak bagaimanapun caranya. ada yang lebih senang mendaki sendirian, karena berbagai alasan, tidak mau merepotkan orang lain, lebih bebas sendirian, tidak mau direpotkan orang lain, sok berani, dsb. ada yang lebih suka dalam kelompok kecil karena bisa saling membantu, saling ketergantungan, mudah diatur2, dsb.
Ada yang mendaki dengan menikmati keseluruhan perjalanan dari belanja hingga puncak, hingga turun lagi, ada yang berprinsip bersakit2 dahulu (perjalanan berat, bawaan banyak, bekal lebih dari cukup) bersenang-senang kemudian (baru di puncak bisa menikmati naik gunung, keberhasilan katanya, bongkar bekal, dan pesta), ada yang dari awal sampai turun lagi cuma ngeluh karena mendaki gunung karena terpaksa ada yang cuma iseng dan ikut2an , asik ajah….bla..bla..
Filosofi Mendaki Gunung Bagaimana kita mendaki gunung, seperti itulah kita menjalani hidup kita.
Dan di atas sana, di tengah-tengah angin yang menderu-deru, di antara jurang yang berujung kelam, omong kosong kalau kau tidak bicara tentang Tuhan. Kau akan menyadari seberapa kecil dan lemahnya dirimu di tengah hamparan alam semesta.
Hiking atau mendaki gunung mempunyai manfaat diantaranya:
1. Hiking membangun sistem kekebalan tubuh yang akan membantu membuat Anda lebih tahan terhadap penyakit.
2. Mengurangi stres “.. drop peduli Anda pergi seperti daun musim gugur ..” [John Muir]
3. Menyembuhkan banyak bentuk Arthritis melalui latihan
4. Mempromosikan tidur dan nafsu makan baik
5. Menjaga berat badan turun [baik untuk sistem cardio-vascular]
6. Membantu menjaga Diabetes terkendali
7. Mengurangi Frekuensi urin melalui dehidrasi parsial
8. Membantu mencegah Stroke dan Serangan Jantung jika dilakukan secara teratur
9. Hiking mempromosikan persahabatan dan membangun hubungan yang langgeng bila dilakukan dengan kelompok-kelompok
10 Hiking adalah baik untuk hampir apa pun kecuali keseleo atau patah kaki, atau tersesat… hehe
Dan seoreang Lord Robert Baden Powell (Bapak Pandu Dunia) mengatakan : “Suatu negara tak akan kehabisan pemimpin jika di dalamnya masih terdapat anak muda yang penuh keberanian mendaki gunung tinggi dan menjelajah lautan”. Wallahu allam.
..
UNTUK SAHABATKU:
Saya kebiasaan naik gunung semoga tidak mengakibatkan saya menjadi gunung itu sendiri: gunung yang angkuh dengan ketinggiannya, yang takabur dengan puncaknya, yang angkuh dengan rimbanya, yang sinis seperti dengan cuacanya, yang pendendam seperti dengan penghuni rimbanya (macan), yang egois dengan jurangnya, yang labil seperti tanahnya….dll.
Karena sejatinya di setiap diri kita ada gunung takabur dan kesombongan yang setiap saat harus selalu di hancurkan …
Saya tak lebih hanyalah penikmat ciptaanNYA.
catatan akhir:
kepada gunung dan hutan rimba aku belajar,
mengenal aku dan ke-aku-an,
belajar melangkah,
menyingkronkan mata dengan hati,Sang Pencipta, jangan Engkau ambil dulu kemampuanku untuk menikmati
dan mensyukuri segala karuniaMu..
Percayakan kepadaku untuk kujaga karunia hingga esok…amien
Filosofi Mendaki Gunung, menyukai Gunung tapi kita bukan gunung itu sendiri
source: yahoogroups.com
http://thongkosong.blogspot.com/2011/02/filosofi-mendaki-gunung.html