Posted by: dhieliem on: 3 August 2010
* In: fotografi | Ngilmu
* Comment!
Pada artikel sebelumnya telah saya kenalkan kepada njenengan apa itu Foto Esai dan metode serta tahapan untuk membuatnya. Kali ini njenengan akan saya ajak untuk mendalami metode EDFAT dan beberapa tips untuk memulai membuat foto jurnalistik seperti Foto Esai ini. Masih dari sumber yang terpercaya, materi ini saya ambil dari file presentasi Mas Dwi Oblo pada Festival Pers Mahasiswa Nasional 2010 kemarin.
Dalam dunia fotografi jurnalistik dikenal metode EDFAT untuk menciptakan foto esai yang baik. Melalui metode ini fotografer akan berproses untuk menemukan bingkai foto yang tepat, kreatif, dan bisa mengumpulkan data lengkap untuk ditampilkan dalam foto esai. Metode yang diperkenalkan oleh “Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University” ini telah teruji sebagi metode untuk memilih aspek spesial dari cerita, agar memperoleh gambar yang kuat.
Apa saja EDFAT itu? Let’s see penonton…
Entire (keseluruhan), ambil gambar keseluruhan lingkungan termasuk manusianya. Cara ini dianggap banyak fotografer jurnalistik baik untuk mengenalkan subyek foto dan lingkungannya kepada para pembaca.
Entire
Details (kerincian), bergeraklah maju mendekati obyek untuk melihat lebih detail, ajak subyek untuk berinteraksi, perhatikan mata, rambut, apa yang dia pakai. Ambil visual yang kuat sebagai ciri khusus dari subyek dan atur komposisi yang bagus.
Detail
Frame (bingkai), aturlah melalui viewfinder komposisi yang enak dilihat dengan memperhatikan elemen disekeliling subyek baik background maupun foreground .
Frame
Angle (sudut pengambilan), atur sudut pengambilan dari berbagai sudut, bisa dari atas, bawah, dekat atau jauh, samping kiri atau kanan subyek.
Angel
Time (waktu), ambil kesempatan secepatnya jangan menunda waktu, karena bisa saja peristiwa tersebut tidak terulang lagi, atau kesempatan ini akan diambil orang lain. Dalam bahasa fotografi cara ini biasa disebut momment in time yang tepat.
Time
Nah, sudah lebih jelas kan dengan metode EDFAT? Mungkin bisa mulai dicoba setiap kali akan mengambil foto, tidak hanya mengambil gambar tunggal, tapi cobalah sekali-kali ambil gambar berseri dengan metode ini. Perlu njenengan ketahui, bahwa komposisi dalam menata foto hasil jepretan tidaklah harus urut sesuai metode di atas. Artinya, kita bisa saja memasang foto detail sebagai pembuka atau yang lain selain foto foto keseluruhan. Yang terpenting, pilihlah foto pembuka yang dapat menarik pembaca. Selanjutnya, njenengan mungkin dapat memberi foto yang memberi kesan kuat terhadap subyek sebagai penutup. Untuk pemilihan foto ini, agaknya perlu komunikasi yang intens dengan editor (jika ada).
Setelah memahami metode pengambilan gambar, sebaiknya njenengan perlu untuk mencoba mempraktekkan langsung. “Bertebaranlah di muka bumi agar ilmu yang didapat tidak menguap begitu saja”, kata seorang bijak. Hehe…. Untuk membekali njenengan semua dalam berburu foto jurnalistik, berikut saya berikan beberapa tips untuk memulai membuat foto jurnalistik yang saya dapatkan dari Mas Dwi Oblo:
1. Buat strategi 5 W (what, when, where, who, why), lengkapi dengan riset dan konsisten.
2. Why Should I Care? Kenapa saya peduli dengan apa yang akan menjadi subyek foto saya?
3. Kuasai Subyek sebelumnya, bisa datang dulu ke rumahnya ngobrol dan ajak berinteraksi, sehingga ketika kita memotret mereka tidak akan terganggu.
4. Cari sudut pandang yang berbeda dari fotografer yang pernah ada, hindari pengulangan, dan gambar-gambar yang standart. Mulailah mencari sudut pengambilan ciri khas njenengan.
5. Hati-hati dengan elemen di sekelilingnya, pilihan lensa dan diafragma akan sangat berpengaruh.
6. Lihat lebih detail apa yang menempel pada subyek. Detail bisa jadi simbol informasi.
7. Hati-hati dengan ekspresi subyek, jangan sampai orang salah menginterpretasi antara menangis atau ketawa.
Sudah mulai PeDe untuk memulai berburu foto jurnalistik? Kalaulah belum, njenengan harus menerapkan tips pamungkas rahasia dari Mas Dwi Oblo di bawah ini:
* News value, ambil atau pilihlah foto yang mempunyai nilai berita. Kita harus bisa menilai sebuah peristiwa yang kita foto termasuk lokal, nasional, internasional.
* Pelototi berita, selalu stay up date dengan berita yang ada baik dari koran, majalah, internet dan tv agar foto yang kita hasilkan mempunyai nilai berita terkini. Dengan update berita, kita akan lebih mantap menentukan peristiwa apa yang akan kita ambil lebih dulu.
* Jalin kontak, terutama dengan narasumber-narasumber penting seperti kepala polisi, dokter rumah sakit, humas instansi-instansi agar kita bisa selalu diberitahu perkembangan apapun hal-hal terkini.
Dijamin, jika dan hanya jika njenengan menerapkan semua tips di artikel ini disertai usaha dan belajar yang keras, njenengan akan dapat menghasilkan foto yang luar biasa dan mungkin bisa dijual ke kantor-kantor berita dengan harga yang lumayan. Selamat menjepret foto jurnalistik!
http://ardhihalim.wordpress.com/2010/08/03/metode-dan-tips-foto-jurnalis-untuk-pemula/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar